Senin, 21 Oktober 2013

KAYA ATAU MISKIN?

by: Ps. Jeffrey Rachmat // 13 Oktober 2013












Semua orang pasti tidak keberatan menjadi kaya, walau saat ini dirinya tidak menyukai behaviour  orang kaya. Pada dasarnya; yang BELUM kaya, kepengen jadi kaya. Yang SUDAH kaya, kepengen jadi super kaya.

Amsal 13:7
One person pretends to be rich, yet has NOTHING;
another pretends to be poor, yet has GREAT WEALTH-NIV


Ukuran kekayaan di mata manusia berbeda satu sama lain. Ada yang pikir dirinya sudah kaya, tapi ternyata masih miskin di mata manusia lainnya. Sebaliknya, ada yang pikir dirinya masih miskin, walau dirinya sudah masuk di list majalah Forbes misalnya.








1Timotius 6:9-11
9 Those who WANT to get rich FALL into temptation and a trap and into many foolish and harmful desires that plunge people into ruin and destruction. 10 For the LOVE of money is a ROOT of all kinds of evil. Some people, eager for money, have WANDERED from the faith and PIERCED themselves with many griefs.11 But you, man of God, FLEE from all this, and PURSUE righteousness, godliness, faith, love, endurance and gentleness. -NIV

Menjadi kaya itu bukan sesuatu yang salah. Hanya saja, karena terburu-buru ingin menjadi kaya, banyak orang tergoda melakukan sesuatu secara instan. Korupsi adalah contohnya.


Di mata Tuhan, bukan seberapa CEPAT kaya yang penting, tapi seBENAR apa jalan menuju kayanya yang LEBIH penting.
Amsal 13:11
Dishonest money DWINDLES away,
but whoever gathers money LITTLE BY LITTLE makes it grow. -NIV

Kebanyakan orang mengejar kekayaan karena ingin memastikan kebutuhan hidupnya bisa tercukupi dengan baik. Padahal, jika bicara tentang kePERLUan dan keBUTUHan hidup semata, Tuhan sudah memberi janjiNya bahwa itu semua akan dicukupkan bagi orang yang meminta kepadaNya.


Filipi 4:19
And MY God will meet ALL your needs according to the riches of his glory in Christ Jesus. - NIV

Ibrani 13:5
Keep your lives FREE FROM the love of money and BE CONTENT with what you have, because God has said,"NEVER will I leave you; NEVER will I forsake you." - NIV

Manusia butuh belajar mencukupkan dirinya. Karena jika bicara keinginan, maka tidak akan pernah ada batasnya. Selalu ada yang lebih baru, lebih bagus, dan lebih canggih.



Kekayaan simply memberi pilihan. Semakin kaya, semakin banyak pilihan bagi seseorang. Semakin banyak pilihan, semakin manusia bingung memutuskan apa yang terbaik bagi dirinya. Karenanya, makin kaya seseorang makin dibutuhkan HIKMAT supaya manusia tidak jatuh dalam pencobaan.



Menjadi orang kaya bukanlah posisi yang gampang. Mereka sangat rentan jatuh ke dalam dosa karena saking banyaknya pilihan dalam hidup mereka.  


Kejadian 13:2
Abram had become very WEALTHY in livestock and in silver and gold. -NIV

Tahukah engkau jika kata “wealthy” di atas diterjemahkan dari bahasa Ibrani “kabed” yang berarti “bertambah berat”? Karena itu, berapa banyak orang kaya yang ceria? Tidak banyak.


Kebanyakan wajah mereka tegang dan semerawut, karena beban yang mereka tanggung sangat berat. Sebagai orang luar, kita cuma bisa melihat “bungkus”nya mereka saja. Kita cuma melihat mobilnya, perhiasannya, tas nya, jam tangannya, sepatunya...tanpa kita pernah tahu apa beban yang sedang dipikulnya.


1Tim 6:17-19
17 Command those who are rich in this present world not TO BE arrogant nor TO PUT their hope in wealth, which is so uncertain, but TO PUT their hope in God, who richly PROVIDES us with everything for our ENJOYMENT. 18 Command them TO DO good, TO BE rich in good deeds, and TO BE generous and WILLING to share. 19 In this way they will lay up treasure for themselves as a firm foundation for the coming age, so that they MAY take hold of the life that is truly life.
Tuhan memberkati seseorang menjadi kaya semata-mata untuk diNIKMATI. Tidak ada gunanya kaya jika kemudian tidak bisa dinikmati.  Setelah dinikmati, kekayaan itu dirancang untuk diBAGIkan dan diBERIkan kepada sesama, supaya beban itu berkurang dari dirinya.



Makin kaya seseorang artinya makin BANYAK yang bisa dibagikan dan diberikan kepada sesamanya, jika hatinya tidak terikat pada harta bendanya. Sebagai orang kaya, membantu sesama bukan lagi pilihan, tetapi sudah menjadi keharusan di mata Tuhan.
Kis 20:35
In everything I did, I showed you that by this kind of hard work we MUST help the weak, remembering the words the Lord Jesus himself said: 'It is more blessed to GIVE than to RECEIVE.'"



Kaya di mata Tuhan jikalau: kita MAMPU melakukan apa yg Tuhan MAU kita lakukan. Tuhan tidak pernah mengukur kekayaan seseorang berdasarkan kepemilikan harta benda, seperti halnya mata manusia. Dalam hidup yang fana ini, kaya di mata manusia atau mata Tuhan yang lebih penting pada akhirnya?
Amsal 22:1
A GOOD NAME is more desirable than great riches;
to be ESTEEMED is better than silver or gold.

Manusia biasanya lebih tertarik pada konsep mewariskan harta benda kepada anak cucunya sampai kadang-kadang rela melakukan segalanya, termasuk hal-hal yang tidak berkenan di mata Tuhan. Pernahkah kita berpikir bahwa kekayaan yang didapatkan dengan cara yang tidak pantas dan membuat kita kehilangan nama baik  menjadi hal yang tidak berarti sama sekali bagi anak cucu kita? Buat apa seseorang memiliki kekayaan, tapi kehilangan nama baiknya?

"Orang kaya sejati” di mata Tuhan ketika orang itu: punya sesuatu yang uang TIDAK BISA beli. 


Manusia bisa membeli makanan terlezat, tapi tidak dengan selera makan. Manusia bisa berlibur ke tempat terindah, tapi tidak dengan kebersamaan. Sekaya apapun, manusia tidak akan pernah bisa membeli: sukacita, damai sejahtera, dan terutama KESELAMATAN.


Buat apa naik sport car kalau pada akhirnya tidak ada keselamatan yang menunggumu di akhir kehidupanmu?

Jadi kalau Anda pikir Anda kaya, pikirkanlah sekali lagi. Kalau Anda pikir Anda miskin, pikirkanlah sekali lagi.


 Jeffrey Rachmat is the founding and senior pastor of Jakarta Praise Community Church (JPCC), one of Indonesia’s most dynamic and influential churches. He is also a sought-after speaker on topics such as leadership, relationship, marriage and business. His book, “Permainan Cantik” has been reprinted six times in Indonesia, and is available in English with the title “The Art of Winning.” Jeffrey and his wife Angela have three children. Follow @JeffreyRachmat

Kamis, 17 Oktober 2013

MONEY TALKS

by Rick Godwin // 6 Oktober 2013

 









Penelitian terhadap atlet  yang memenangkan perlombaan menunjukkan hasil yang mengejutkan. Orang yang paling berbahagia, tentu saja adalah para peraih medali emas. Tetapi atlet yang paling berbahagia di posisi ke-2 adalah peraih medali perunggu, bukan peraih medali perak ternyata.

Peraih medali perak
adalah orang yang paling depresi karena terjebak dalam ilusi jika seandainya dirinya memenangkan medali emas, alih-alih cuma medali perak. Sementara peraih perunggu merasa sangat bersyukur masih bisa meraih posisi tiga, alih-alih di posisi empat.

Amsal 14:30
A heart at peace gives life to the body,
but ENVY rots the bones. -NIV


Berkaca dari penelitian itu, hal yang sama terjadi ketika menyangkut isu uang dalam hidup manusia. Uang akan terus meminta manusia melihat orang yang lebih berkelimpahan dan membayangkan bahagianya jika seandainya sudah bisa berada di posisi itu.  

Sama seperti kebanyakan peraih medali perak, sikap manusia terhadap uang biasanya:

1)
Terikat dengan harta
Seseorang bisa miskin, tapi serakah. Seseorang bisa kaya, tapi bermurah hati. Semua tentang hatimu, bukan tentang kaya atau miskin. Selama seseorang tidak menggantungkan hidupnya pada kekayaan yang ia miliki, ia tidak terikat oleh harta bendanya.


2)
Khawatir dengan hartanya
Tuhan sudah berpesan hendaknya manusia tidak perlu khawatir akan kebutuhan hidupnya;  apa yang akan dipakai, ataupun apa yang akan dimakan. Kebanyakan manusia tidak mengandalkan perkataan Tuhan mengenai ini, tetapi lebih mengandalkan harta di tangannya. Karenanya, hidup mereka dipenuhi dengan kekhawatiran.

Ilusi pertama yang sering dihadapi kebanyakan manusia adalah: untuk bisa berhenti khawatir soal uang, solusinya adalah dengan memiliki LEBIH banyak uang.


Faktanya, uang LEBIH banyak tidak membuat manusia berhenti khawatir mengenai uang. LEBIH banyak uang juga tidak berarti akan membuat seseorang menjadi lebih bermurah hati.   
Kebanyakan manusia malah menjadi makin egois. Mereka menganggap  konsep memberi hanya bagus secara ide, bukan dalam tataran praktis.

Kisah Para Rasul 20:35
In everything I did, I showed you that by this kind of hard work we MUST help the weak, remembering the words the Lord Jesus himself said: 'It is more blessed TO GIVE than TO RECEIVE.'" - NIV

Ketika memberi, hendaklah kita memastikan itu bukan untuk mencari pujian manusia atau untuk kemegahan diri sendiri. Memberi juga bukan supaya mendapat berkat lebih banyak dari Tuhan.  Manusia tidak akan pernah bisa cukup baik sampai membuat Tuhan berhutang padanya.

Ilusi kedua adalah: belum saatnya bermurah hati, karena belum banyak uang yang tersisa untuk bisa diberikan. Kebanyakan orang merasa belum saatnya memberi, karena merasa masih berkekurangan. Yesus sudah mengingatkan bahwa jika engkau tidak bisa bermurah hati dengan yang sedikit, maka yang banyak juga tidak akan pernah bisa.


2 Korintus 8: 2 
In the midst of a very severe trial, their overflowing joy and their extreme poverty welled up in rich generosity.

Ayat ini mengajarkan bahwa manusia diciptakan untuk memberi, baik ketika dalam kelimpahan maupun kekurangannya. Orang yang hidup dalam Tuhan, di tengah2 penderitaan pun  mereka bisa bersukacita

Di
Amerika Serikat, hasil penelitian justru menunjukkan bahawa orang-orang yang berkekurangan justru yang memberi lebih banyak.

Ilusi
ketiga yang dihadapi kebanyakan manusia adalah berharap uang bisa menjadi solusi atas situasi keuangan yang sedang dihadapinya. Sudah terjebak hutang,  manusia seringkali malah cuma duduk menunggu uang membuat keajaiban atas masalahnya. Manusia butuh belajar bagaimana mengelola uangnya dengan baik. Jika tidak, berapapun uang yang didapatnya akan habis begitu saja. Sama halnya ketika seseorang mengisi air ke dalam gelas yang bocor.

Ilusi
keempat mengenai uang adalah: satu hari akan CUKUP, karena itu perlu secepatnya dikejar sampai cukup. Jika manusia tidak berhikmat, uang akan senantiasa membohongimu bahwa: “sedikit lagi, maka sebentar lagi akan cukup hartamu.” Kenyataannya,  MORE is never ENOUGH.
 

Dalam satu survey mengenai aktivitas rekreasi apa yang paling disukai? Respon no.1 masyarakat Amerika Serikat: SHOPPING.
Konsumerisme membuat seseorang tidak akan pernah merasa cukup. Semua pusat perbelanjaan dan etalase di sekeliling kita dirancang untuk satu tujuan semata: senantiasa membuat manusia merasa  TIDAK puas dan cukup. Selalu akan ada model baru, desain baru, tipe baru dan seterusnya.

Setelah mengetahui semua ilusi ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa  Uang TIDAK BISA membuat manusia bahagia, tapi cuma untuk membayar tagihan.

Karena itu, manusia perlu memahami perspektif yang benar mengenai uang, uang yang sudah di”tebus”:

1)
Jika saya dipercaya LEBIH, saya tidak harus meningkatkan terus lifestyle saya, karena tidak akan pernah ada habisnya. Selalu ada langit di atas langit...selalu ada yang lebih baru. Uang yang berlebih kiranya bisa dipakai untuk memberkati orang lain, tidak melulu untuk kepentingan saya sendiri.

2) J
angan pernah mencari kepuasan dalam uang atau barang. Manusia harus belajar bagaimana bisa mengagumi TANPA harus memiliki. Bisa berbahagia TANPA harus menambah barang baru dalam lemarinya. Manusia bisa berbahagia jikalau sudah belajar bagaimana bersyukur, bukan karena berapa banyak harta di tangannya.  Jangan biarkan uang membohongimu.

Di
Amerika Serikat, uang adalah Tuhan bagi kebanyakan orang. Sampai-sampai pelayanan pun diukur dalam angka.


Filipi 4: 12-13
12 I know what it is to be in need, and I know what it is to have plenty. I have learned the secret of being CONTENT in any and every situation, whether well fed or hungry, whether living in plenty or in want. 13 I CAN do all this THROUGH him who GIVES me strength.

B
elajarlah untuk memuaskan diri sendiri, dlm situasi APAPUN, baik dalam keadaan lapar atau kenyang. Di dalam Kristus, semua hal bisa ditanggung oleh manusia.


Manusia tidak perlu memiliki segalanya untuk bisa merasa cukup. Rasa berkecukupan perlu dipelajari, sehingga dalam keadaan lapar pun manusia masih bisa merasa cukup. Manusia bisa merasa cukup bukan karena mengandalkan kekuatannya, tapi karena sudah merasakan kebaikan Tuhan.

3)
Manusia akan makin menyukai hidupnya ketika ia memberi, ketimbang tidak memberi. Yesus sudah menyampaikan bahwa lebih besar sukacita seseorang ketika memberi daripada sekedar menerima. Hasil penelitian ilmiah pun menunjukkan hal yang sama.

http://m.tempo.co/read/news/2013/07/31/060501214/Membantu-Orang-Lain-Itu-Bikin-Bahagia

Banyak memberi, banyak menerima. Manusia diciptakan dengan kebutuhan untuk memberi.

4) Saat memberi ad
alah SEKARANG
Tuhan memperkenalkan konsep perpuluhan bukan karena Dia membutuhkan upeti dari manusia. Ia ingin manusia belajar untuk tidak terikat pada harta bendanya dan tetap bisa mencintai Tuhan, di level income berapapun Dari kebiasaan memberi, Tuhan berusaha membentuk manusia menjadi murah hati.
Persentase 10% adalah metode Tuhan untuk menguji kesungguhan hati seseorang, kepada siapakah sebenarnya ia menaruh pengharapan dan hidupnya?

5)
Jadikanlah kebiasaan bermurah hati sebagai prioritas.

Amsal 3:9
Honor the LORD with your wealth,
with the firstfruits of all your crops;

Hendaklah manusia menghormati Tuhan dengan kekayaannya. Persepuluhan hanyalah “fondasinya, sementara memberi adalah "bangunan"nya. Kemurahan hati seorang Kristen baru mulai diukur SETELAH perpuluhan yang ia sisihkan dari pemasukannya.

Tuhan itu baik, dan teramat baik. Terlepas dari kita mengandalkanNya atau tidak, Ia tetap baik kepada manusia.

Yoh 3:16
For God so loved the world that he gave His ONE and ONLY Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life.

Biarkanlah ayat ini menginspirasi kita semua untuk semakin bermurah hati kepada sesama. Tuhan SUDAH berikan segalanya, termasuk anakNya, dan apa yang sudah kita berikan untukNya sebagai balasan?

Bersediakah kamu menyerahkan waktu, uang, talenta, dan kehidupanmu kepadaNya? Ini antara kamu dan Tuhan

RICK GODWIN is the Founder and Senior Pastor of Summit Christian Center in San Antonio, Texas. Summit Christian Center is a contemporary, multi-cultural congregation with thousands in attendance weekly. Rick is also a popular national and international speaker who appears regularly at business and church leadership seminars. His real, raw, and relevant message challenges mindsets of mediocrity and launches people into their destiny. Rick is married to Cindy and they have two daughters, Christen and Alicia, and one granddaughter.