Sabtu, 12 Juli 2014

SEBUAH CATATAN UNTUK GAN PRADANA - PART 2




3) “Apalagi penganut aliran Kharismatik seperti Bapak – harus menjadi kepala, bukan ekor....”
  “Saatnya orang Kristen menjadi raja. Saatnya orang Kristen menjadi kepala, bukan ekor.”


Pernyataan ini saya asumsikan merupakan kesimpulan Saudara dari Firman yang dikutip dari:



Ulangan 28:13-14
13 Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah Tuhan, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,
14 dan apabila engkau tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari segala perintah yang kuberikan kepadamu pada hari ini, dengan mengikuti allah lain dan beribadah kepadanya.”

Perlu ditekankan bahwa “menjadi kepala, bukan ekor” bukanlah keharusan, ataupun tujuan hidup bagi seorang Kristen. Ada syarat dan ketentuan bagi seseorang sebelum ia layak dipromosikan Tuhan menjadi “kepala”. Di ayat 13 dan 14 dijelaskan “term and condition-”nya untuk meng-klaim janji Tuhan ini.


Menjadi “kepala” hanyalah efek dari orang yang: 1) mendengarkan dan melakukan perintah Tuhan dengan setia, 2) tidak mengalihkan fokus hidupnya pada ilah lain, termasuk kepada Mamon/hartanya.

Karena menjadi “kepala” adalah efek, maka tidak bisa disimpulkan bahwa seorang Kristen diharuskan menetapkan tujuan hidupnya sebagai “kepala”.  

Yang diharuskan dari seorang Kristen adalah melahirkan buah-buah pertobatan dengan salah satu bentuknya; melakukan perintah Tuhan terlebih dahulu dengan setia. Dipromosi atau tidak, itu menjadi otoritasNya. Bahkan di awal perikop, Tuhan menekankan syarat ini dengan tegas.



Ulangan 28: 1-2
1 “Jika engkau baik-baik mendengarkan suara Tuhan, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka Tuhan, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. 2 Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara Tuhan, Allahmu:

Pembuangan bangsa Israel ke Babel menunjukkan bahwa mereka yang menyimpang ke kiri dan ke kanan bisa kehilangan perkenanan Tuhan dan mengalami murka dan amarah Tuhan. Hukuman Tuhan tidak pernah dijatuhkan tanpa pemberitahuan dan tak terduga. Diingatkan berkali-kali dengan berbagai cara, bangsa Israel tetap bertahan pada kedegilan dan kekerasan hatinya. Mereka yang tadinya menjadi "kepala" malah dibuang sebagai "ekor" bagi bangsa yang menaklukkan mereka.

Dari kisah di Alkitab, kita juga ketahui ada orang-orang yang dipromosikan Tuhan melebihi dari apa yang mereka bisa bayangkan. Seperti Yusuf pada pemerintahan Firaun dan Daniel pada pemerintahan raja Nebukadnezar. Kisah mereka berakhir dengan happy ending, tapi keduanya memulai dengan pola yang sama. Mereka baru dipromosikan setelah lulus dari ujian kesetiaan dalam melakukan perintah Tuhan; karena hanya mereka yang setia dalam perkara kecil, yang akan Tuhan percayakan perkara besar.



1 Kor 2:9
Tetapi seperti ada tertulis:
“Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”

Yesus sendiri justru mengajarkan setiap orang yang dituakan atau sedang di “puncak” untuk tetap rendah hati dan melihat diri mereka sebagai pelayan ketimbang figur yang harus dihormati. Dalam hal ini, Yesus memberi contoh ketika pada malam perjamuan terakhir, Ia sendiri yang membasuh kaki para muridNya.



Luk 22: 24-27
24 Terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus, siapakah yang dapat dianggap terbesar di antara mereka.
25 Yesus berkata kepada mereka: “Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
26 Tetapi kamu tidaklah demikian, melainkan yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda dan pemimpin sebagai pelayan.
27 Sebab siapakah yang lebih besar: yang duduk makan, atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan.



4) Saya percaya Bapak lakukan ini, karena di dalam Alkitab ada tertulis bahwa anak-anak Tuhan harus bisa cerdik seperti ular dan lembut seperti merpati.


Pernyataan ini saya asumsikan merupakan kesimpulan Saudara dari Firman yang dikutip dari:



Mat 10:16
16  “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Perlu dibaca secara keseluruhan perikop dahulu, dari ayat 1-15, supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam konteks apa Yesus mengajarkan prinsip ini.  Ayat ini sebenarnya dimaksudkan sebagai prinsip bagi para misionaris, dalam hal menjadi saksi Kristus. 


Banyak pengusaha merasa bangga ketika bisa mengakali pembayaran pajaknya kurang dari yang seharusnya mereka bayarkan kepada negara. Mereka membanggakan diri sudah “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” melalui aksi ini. Apalagi jika selisih pajak yang harus dibayarkan itu kemudian dipakai untuk membangun gereja.


Yesus tidak mengajari manusia untuk memakai prinsip “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” dalam konteks seperti ini. Ini adalah contoh bagaimana manusia kerap kali mencocok-cocokkan Firman Tuhan mengikuti keinginan dagingnya semata, ketimbang sungguh-sungguh mencari tahu apa yang sebenarnya Tuhan maksudkan. Mungkinkah Tuhan berkenan atas persembahan manusia dari hasil mencuri, menipu, atau korupsi? Siapakah yang sebenarnya engkau mau perdaya melalui persembahan hasil kejahatan ini?



Mat 5: 37
37 Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.


Jangankan perbuatan jahat, manusia bersilat lidah saja tidak disukai Tuhan. Politikus biasanya adalah ahlinya bagaimana membuat yang hitam terlihat putih, dan sebaliknya. Ketika seseorang yang begitu lihai bersilat lidah dan bisa mengubah persepsi orang atas suatu isu, tidak berarti orang itu dianggap “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.” Penipu tetaplah penipu, sehebat apapun caranya memutarbalikkan kenyataan.


Prinsip “cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati” ini diajari Yesus simply supaya setiap pengikut yang bersaksi mengenaiNya bisa berkarya lebih lama di dunia ini, tanpa harus jatuh ke dalam masalah yang sebenarnya bisa mereka hindari. Hanya orang yang hidup yang bisa bersaksi bagiNya, karenanya Yesus mengajari “domba-dombaNya” supaya tidak cepat mati di”mangsa” oleh “serigala”.


5) “Banyak di antara mereka yang pada Rabu 9 Juli kemarin memilihnya tanpa melihat lagi jejak rekam sebelumnya, karena beriman, Bapak Prabowo juga anak Tuhan yang harus dikasihi dan dicintai.”


Dalam konteks Pilpres, tidaklah tepat memakai prinsip cinta kasih dalam memilih mana kandidat yang terbaik untuk memimpin negeri ini. Hikmat dari Tuhan justru mengajarkan hal sebaliknya.



Mat 7: 15-18
15 “Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. 16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? 17 Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. 18 Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.


1 Tes 5: 21-22
21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik. 22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.

Ef 5: 6-11
6 Janganlah kamu disesatkan orang dengan kata-kata yang hampa, karena hal-hal yang demikian mendatangkan murka Allah atas orang-orang durhaka. 7 Sebab itu janganlah kamu berkawan dengan mereka.
8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.
11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu.


Kekristenan justru mengajari manusia untuk benar-benar memperhatikan “bobot, bibit, dan bebet” seseorang supaya bisa menilai dengan tepat apakah seseorang itu serigala berbulu domba, atau malah sebaliknya.


Apalagi jika ada kandidat capres yang dikaitkan dengan beban masa lalu, kiranya seseorang harus lebih cermat mempelajari masa lalunya. Seumpamanya beban masa lalu-nya ada kaitannya dengan tertumpahnya darah, maka Firman berikut malah harus lebih diperhatikan baik-baik bagi.


Bil 35:30
30  Setiap orang yang telah membunuh seseorang haruslah dibunuh sebagai pembunuh menurut keterangan saksi-saksi, tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati. 31 Janganlah kamu menerima uang tebusan karena nyawa seorang pembunuh yang kesalahannya setimpal dengan hukuman mati, tetapi pastilah ia dibunuh. 32 Juga janganlah kamu menerima uang tebusan karena seseorang yang telah melarikan diri ke kota perlindungannya, supaya ia boleh kembali untuk diam di tanahnya sebelum matinya imam besar. 33 Jadi janganlah kamu mencemarkan negeri tempat tinggalmu, sebab darah itulah yang mencemarkan negeri itu, maka bagi negeri itu tidak dapat diadakan pendamaian oleh karena darah yang tertumpah di sana, kecuali dengan darah orang yang telah menumpahkannya.


Demikian yang bisa saya sampaikan pada Saudara. Semoga tulisan ini bisa berdampak konstruktif bagi tulisan dan pelayanan Saudara ke depan. Semoga Tuhan selalu menyertai, melindungi, dan memberkati Saudara, dan kiranya hidup Saudara bisa semakin berkenan di mata Tuhan.


Bless,


Yhn

SEBUAH CATATAN UNTUK GAN PRADANA - PART 1



Surat Terbuka untuk Harry Tanoe | Kompasiana.com - http://m.kompasiana.com/post/read/673057/1/surat-terbuka-untuk-harry-tanoe.html



Setelah membaca tulisan Saudara Gan Pradana di atas, ijinkan  saya memberi selamat atas kepedulian dan keberanian Saudara untuk menegur saudara seiman. Apalagi yang ditegur bukan orang sembarang, tapi salah satu konglomerat di Indonesia.


Ada beberapa catatan yang saya pikir bisa membantu Saudara mempertajam analisis dan tulisan Saudara di masa mendatang. Tulisan ini tidak untuk mengevaluasi, apalagi untuk menghakimi, tapi sekedar feedback atas pemikiran Saudara.


Benar tidaknya catatan saya ini, silakan Saudara konsultasikan dengan Gembala di mana Saudara bertumbuh. Saya bisa saja sama salahnya dengan orang yang saya beri masukan mengingat saya juga masih seorang murid. Jika dirasa konstruktif, saya akan sangat bersuka cita. Tetapi jika dirasa destruktif, silakan dianggap angin lalu saja apa yang saya sampaikan ini.


Dari tulisan Saudara ada lima pernyataan Saudara yang saya coba kupas lebih mendalam, yaitu :


1) “Apalagi saya juga tahu bahwa Bapak adalah seorang Kristiani yang setiap saat dan waktu diajarkan oleh  Kristus bagaimana menyebarkan KASIH dan DAMAI....”


Kis 1:8
Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.


Ayat ini disampaikan persis sebelum Yesus naik ke surga. Sama seperti manusia yang meninggalkan pesan/wasiat di akhir kehidupannya, sesuatu yang disampaikan di momen ini pastilah pesan yang dianggap penting bagi mereka yang ditinggalkan.


Yesus menghendaki setiap orang yang percaya kepadaNya untuk mengabarkan tentang kisah penebusan umat manusia olehNya sampai ke ujung bumi. Bahwa Tuhan pernah turun sendiri ke muka bumi ini dalam rupa manusia; dilahirkan, besar, dan meninggal seperti manusia pada umumnya. Yang membedakan kita denganNya adalah: Ia tidak berdosa selama hidupNya di bumi dan Ia sudah mengalahkan maut dengan bangkit dari kematianNya pada hari ketiga. Karenanya, Yesus menjadi satu-satunya jalan, kebenaran, dan hidup yang bisa dijadikan manusia sebagai pedoman dan jalan untuk mencapai keselamatan setelah kematian.


Di masa globalisasi saat ini, dengan banyaknya agama dan sekte di muka bumi ini, menjadi saksi Yesus tidak selalu mendatangkan  KASIH dan DAMAI bagi orang-orang di sekeliling mereka. Yang lebih sering terjadi justru kebalikannya. Para saksi Kristus lebih sering menerima penghinaan, penganiayaan, dipenjarakan, dan bahkan harus kehilangan nyawanya karena memberitakan kebenaran.
 

Kasih dan damai adalah efek dari orang yang menjadi saksi Kristus, bukan content/isi yang dimintaNya untuk disampaikan kepada orang-orang. Setiap orang yang bertobat dan hidup dalam Roh dan Kebenaran akan merasakan kasih dan damai sebagai upahnya, sebagai efek-nya.



Gal 5:19-23
19 Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, 20 penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, 21 kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah. 22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.

2) “Karena Bapak setia kepada Kristus, maka Bapak meraih kesuksesan yang luar biasa, antara lain merajai dunia media massa di MNC Group.”


Upah dari mengikuti Yesus bukanlah kesuksesan seperti yang dunia definisikan. Jemaat pertama di Antiokhia menjual seluruh harta milik mereka, untuk kemudian dikelola bersama-sama dengan tujuan mendatangkan kebaikan bagi kaum marginal di sana. Kalau mau dijadikan acuan hidup seperti apa yang berkenan di mata Tuhan, maka jemaat pertama adalah jawabannya.

Berkenan tidaknya Tuhan atas hidup seseorang tidak pernah dilihat dari kepemilikannya atas berapa jumlah rumah, mobil, dan hartanya. Karena jika parameter itu yang dipakai, apa yang tidak bisa dibeli oleh bandar narkoba, mafia migas, dan orang-orang yang mengumpulkan kekayaannya melalui kejahatan?



Roma 6: 22-23
22 Tetapi sekarang, setelah kamu dimerdekakan dari dosa dan setelah kamu menjadi hamba Allah, kamu beroleh buah yang membawa kamu kepada pengudusan dan sebagai kesudahannya ialah hidup yang kekal. 23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.


Ibrani 11: 24- 26
24 Karena iman maka Musa, setelah dewasa, menolak disebut anak puteri Firaun, 25 karena ia lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah dari pada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.
26 Ia menganggap penghinaan karena Kristus sebagai kekayaan yang lebih besar dari pada semua harta Mesir, sebab pandangannya ia arahkan kepada upah.

Berkat dan kepemilikan materi bukanlah parameter untuk menilai berkenan tidaknya Tuhan atas hidup seseorang. Manusia hanya bisa melihat “bungkus”, tapi Tuhan melihat jauh ke dalam hati seseorang. Seorang konglomerat yang membangun 1000 gereja untuk Tuhan tidak menjamin surga baginya. Benarkah untuk Tuhan semua karyanya itu, atau untuk kemuliaan namanya sendiri? Betul bahwa ada orang-orang yang memakai hartanya untuk mencari Tuhan, tetapi lebih banyak orang yang menjual Tuhan untuk mengumpulkan lebih banyak harta bagi dirinya sendiri.


Salomo diperkirakan manusia yang paling kaya yang pernah hidup di atas muka bumi ini, bahkan ia yang membangun Bait Allah bagi Tuhan. Karena hatinya yang kemudian menjauh, Tuhan tidak berkenan lagi atas hidupnya. Justru ketika ia di puncak kesuksesannya di mata manusia, Tuhan tidak berkenan padanya.  Hanya karena janji Tuhan kepada Daud, ayah Salomo, yang membuat dirinya tidak dibinasakan oleh Tuhan.



Mat 7: 21-23

21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
23  Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”


Dari kitab Kejadian sampai Wahyu, satu-satunya musuh yang pernah Tuhan ingatkan sebagai “lawan tanding” yang sebanding bagiNya bukanlah Iblis, melainkan Mamon/harta. Iblis yang sukses membujuk Adam memakan buah dari pohon kehidupan bahkan tidak pernah dianggap lawan oleh Tuhan. 


A.R Bernard  pernah mengatakan, ”Harta adalah satu-satunya medium bagi manusia untuk bisa merasakan ke-MahaKuasa-an Tuhan seperti apa. Dengan memiliki uang berlimpah; manusia bisa merasakan sensasi berkuasa untuk melakukan apa saja sesuai keinginan hatinya. Manusia kemudian bahkan bisa terjerumus menganggap dirinya adalah Tuhan itu sendiri, saking banyaknya hal dalam hidupnya bisa ia capai karena memiliki uang berlimpah.”


Ukuran yang dipakai Tuhan seringkali berbeda dengan manusia, bahkan sering terbalik. Dewasa ini banyak orang menilai “sukses” tidaknya suatu gereja dari besar tidak gedungnya, berapa jumlah jemaatnya, alat musik apa yang dipakai, seberapa sering Gembalanya diundang KKR. Jika memang itu ukuran yang dipakai, maka Yesus boleh dianggap gembala yang paling tidak sukses dalam dunia kekristenan.


Dari 12 belas rasul yang dipilihNya sendiri, dengan ke-MahaKuasa-anNya, berujung pada hasil: satu murid mengkhianatiNya dan menjualNya untuk sejumlah uang, yang satunya lagi menyangkalNya tiga kali, dan hanya ada satu murid yang mendampinginya ketika Ia disalibkan sementara yang lain menyembunyikan diri karena ketakutan.


Mereka adalah orang-orang yang sudah bersama-sama denganNya selama tiga tahun dan sudah melihat dengan mata kepala sendiri mukjizat-mukjizat apa saja yang bisa dan mampu Ia lakukan. Tapi, toh mereka tetap meninggalkanNya ketika Ia sedang membutuhkan mereka.


Ketika Ia naik ke surga, mereka yang tetap bertahan pada imannya dan melepasNya ke surga diperkirakan tidak sampai 200 orang. KebangkitanNya dari maut bahkan tidak bisa menarik cukup massa dibandingkan massa KKR di masa kini. Ia tidak punya gedung permanen untuk berkhotbah, bahkan untuk meletakkan kepalaNya untuk tidur saja tidak tersedia tempat bagiNya.


Karena itu, kita mesti berhati-hati dengan parameter yang kita gunakan untuk melihat apakah seseorang masih berkenan di mata Tuhan. Jangankan jemaat, hamba Tuhan saja tidak selalu menang di hadapan Mamon. Berapa banyak orang yang memulai pelayanannya sebagai hamba Tuhan tapi kemudian berakhir sebagai hamba uang?